Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘SEPUTAR SANTRI’ Category

PONDOK PESANTREN RAUDLATUTH THOLIBIN REMBANG

Fase Awal
Berdiri pada tahun 1945, pasca masa pendudukan Jepang, pesantren ini semula lebih dikenal dengan nama Pesantren Rembang. Pada awal masa berdirinya menempati lokasi Jl. Mulyo no. 3 Rembang saja namun seiring dengan perkembangan waktu dan berkembangnya jumlah santri,

pesantren ini mengalami perluasan sampai keadaan seperti sekarang. Tanah yang semula menjadi lokasi pesantren ini adalah tanah milik H. Zaenal Mustofa, ayah dari KH. Bisri Mustofa pendiri Pesantren Rembang. Kegiatan belajar mengajar sempat terhenti beberapa waktu akibat ketidakstabilan kondisi waktu itu yang mengharuskan KH. Bisri Mustofa harus mengungsi dan berpindah-pindah tempat sampai tahun 1949.

Metode Belajar Mengajar
Metode pengajaran yang dikembangkan oleh pesantren ini pada awal berdirinya adalah murni salaf (ortodoks). Pengajaran dilakukan dengan cara bandongan (kuliah umum) dan sorogan (privat). Keduanya diampu langsung oleh KH. Bisri Mustofa sendiri. Ketika jumlah santri meningkat dan kesibukan KH. Bisri Mustofa bertambah maka beberapa santri senior yang telah dirasa siap, baik secara keilmuan maupun mental, membantu menyimak sorogan. Pengajian bandongan terjadwal dalam sehari semalam pada masa KH. Bisri Mustofa meliputi pengajian kitab Alfiyyah dan Fath al-Mu’in sehabis maghrib, Tafsir Jalalain setelah jama’ah shubuh, Jam’ul Jawami’ dan …. Pada waktu Dhuha, selain itu KH. Bisri Mustofa melanjutkan tradisi KH. Cholil Kasingan mengadakan pengajian umum untuk masyarakat kampung sekitar pesantren tiap hari Selasa dan Jum’at pagi.

1967, tiga tahun setelah putra sulung KH. Bisri Mustofa, yakni KH. M. Cholil Bisri pulang dari menuntut ilmu, KH. Cholil Bisri mengusulkan kepada ayahnya untuk mengembangkan sistem pengajaran model madrasi dengan kurikulum yang mengacu kepada kurikulum madrasah Mu’allimin Mu’allimat Makkah di samping pengajian bandongan dan sorogan. Usul ini disepakati oleh K.Bisri sehingga didirikanlah Madrasah Raudlatuth Tholibin yang terdiri dari dua jenjang yakni I’dad (kelas persiapan) waktu tempuh 3 tahun dan dilanjutkan dengan Tsanawi (kelas lanjutan) waktu tempuh 2 tahun. Pengajarnya adalah kyai-kyai di sekitar Rembang dan santri-santri senior.

1970, putra kedua beliau yakni KH. A.Mustofa Bisri, sepulang dari menuntut ilmu didesak oleh santri-santri senior untuk membuka kursus percakapan bahasa Arab. Desakan ini dikarenakan KH. Bisri Mustofa dalam banyak kesempatan hanya berkenan ngobrol dengan santri senior dengan menggunakan bahasa Arab. Dengan ijin KH. Bisri Mustofa kursus ini didirikan dengan standar kelulusan ‘kemampuan marah dalam bahasa Arab’. Pada tahun ini pula didirikan Perguruan Tinggi Raudlatuth Tholibin Fakultas Da’wah, namun karena tidak mendapatkan ijin dari pemerintah maka Perguruan Tinggi ini terpaksa ditutup setelah berjalan selama 2 tahun. (lebih…)

Read Full Post »

KH.Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), kini pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin, Rembang. Mantan Rais PBNU ini dilahirkan di Rembang, 10 Agustus 1944. Nyantri di berbagai pesantren seperti Pesantren Lirboyo Kediri di bawah asuhan KH Marzuqi dan KH Mahrus Ali; Al Munawwar Krapyak Yogyakarta (lebih…)

Read Full Post »

KH Muhammad Cholil Bisri(12 Agustus 1942-23 Agustus 2004)

merupakan seorang sosiolog dan politikus Indonesia. Dia merupakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Ia ikut mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa.

Ayahnya seorang pendiri pesantren yang terkenal sesudah Kyai Cholil Bangkalan, Kyai Tremas dan Kyai Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Pada saat itu Kyai Cholil dibantu oleh dua kyai yaitu Kyai Mas’ud dan Kyai Mastur, mbahnya. Ketika mbahnya wafat, mereka pindah ke Desa Leteh, masih di sekitar Rembang juga. Sampai sekarang ia masih tinggal di situ.

Ia tamat Sekolah Rakyat 6 Kartioso, hanya 5 tahun. Sebab ia langsung diterima di kelas dua, karena ia tidak mau satu kelas dengan adiknya (Mustofa), yang pada saat bersamaan masuk kelas satu.
(lebih…)

Read Full Post »

MELESTARIKAN IDE BESAR CAK NUR DAN TANTANGANNYA
Mungkin saya bisa dianggap sebagai orang yang terlambat mengenal seorang Nurkholis Madjid atau Cak Nur, lebih akrabnya kita menyebutnya. Saya baru mengenal beliau setahun setelah kematiannya, lebih tepatnya ketika saya mulai menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di kampus Ciputat, kampus yang dahulu pernah dinikamti oleh Cak Nur. Itupun saya mengenalnya hanya sebatas pada diri seorang Cak Nur sebagai tokoh kontroversial keislaman di ranah pemikiran Indonesia, intelektual yang mengibarkan bendera sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme atau yang lebih dikenal dengan singkatan “sipilis”. (lebih…)

Read Full Post »

Fase Awal
Berdiri pada tahun 1945, pasca masa pendudukan Jepang, pesantren ini semula lebih dikenal dengan nama Pesantren Rembang. Pada awal masa berdirinya menempati lokasi Jl. Mulyo no. 3 Rembang saja namun seiring dengan perkembangan waktu dan berkembangnya jumlah santri,
pesantren ini mengalami perluasan sampai keadaan seperti sekarang. Tanah yang semula menjadi lokasi pesantren ini adalah tanah milik H. Zaenal Mustofa, ayah dari KH. Bisri Mustofa pendiri Pesantren Rembang. Kegiatan belajar mengajar sempat terhenti beberapa waktu akibat ketidakstabilan kondisi waktu itu yang mengharuskan KH. Bisri Mustofa harus mengungsi dan berpindah-pindah tempat sampai tahun 1949. (lebih…)

Read Full Post »

Empat Kesalahan Gus Ulil Menurut Gus Mus
(dalam Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam)
Ketika harian Kompas menerbitkan tulisan Ulil Absar Abdalla (Gus Ulil: santri Rembang biasa memanggilnya), Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam
(lebih…)

Read Full Post »