Feeds:
Pos
Komentar

Archive for Juni 4th, 2009

kasihan friendster akhir-akhir ini tersisihkan dan terlupakan gara2 hadirnya FAce book.

Read Full Post »

SEJARAH DAN PEMIKIRAN ADONIS
BIOGRAFINYA
Adonis lahir di Desa Al-Qassabin, dekat Kota Lakasia, Suriah, tahun 1930 dengan nama asli ’Ali Ahmad Sa’id Asbar. Meski tak duduk di sekolah formal sampai usia 12 tahun, anak pertama dari enam bersaudara ini sudah belajar membaca dan menulis pada seorang guru desa dan mendapat pendidikan Islam tradisional dari ayahnya, seorang petani dan imam masjid.
Nama Adonis bukanlah nama asli, nama Adonis diberikan oleh Anton Sa’adah, pendiri dan ketua partai Nasionalis Syiria di tahun 1940-an. Nama Adonis pada dasarnya adalah nama salah satu dewa dalam legenda Babilonia kuno. Dewa muda ini merupakan simbol dari keindahan da kebaikan. Ia lahir dari hubungan gelap antara raja Theyas atau Cinyras, raja Siprus dengan putrinya Myrrha. Akibat hubungan itu, Myrrha dikutuk menjadi pohon, dari pohon itulah Adonis lahir sebagai simbol kehidupan baru yang bebas dari dosa dan kenistaan.
Ketika membacakan puisi- puisi heroik karyanya di depan Presiden Suriah Shukri al-Quwatli, tahun 1944, Sang Presiden terpesona, lalu mengirim Adonis ke sekolah Perancis di Kota Tartus. Adonis yang cerdas melompati tingkat-tingkat kelas. Ia menyelesaikan studi di bidang hukum dan filsafat di Universitas Damaskus, dan sempat belajar di Perancis. Tahun 1973, ia memperoleh PhD dalam Sastra Arab dari Universitas St Joseph di Beirut.
Semangat pembaharu terkandung dalam pilihan nama pena yang diambilnya dari mitologi Yunani. Ia sempat merasakan dinginnya lantai penjara pada tahun 1955. Bersama istrinya, kritikus sastra, Khalida Said (kini 76 tahun), mereka pindah ke Lebanon tahun 1956. Ia mendirikan jurnal Shi’ir yang memperkenalkan gagasan modernitas ke dalam puisi Arab, dan langsung dilarang di beberapa negara Arab. Ia juga mendirikan jurnal kebudayaan, Mawaqif. Adonis mengajar Sastra Arab di Universitas Lebanon sebelum menetap di Paris awal tahun 1980-an karena perang saudara di Lebanon. Ia mengajar di Sorbonne Paris III, dan menjadi dosen tamu beberapa universitas di AS dan Swiss.
Meski berpindah-pindah tempat tinggal, ia tak pernah dirisaukan soal identitas. Bagi dia, identitas adalah proses ”menjadi” yang terus-menerus. Ayah dua anak perempuan, Arwad (50) dan Ninar (35), ini dikenal sebagai intelektual Muslim dan penulis dunia yang membangun jembatan-jembatan pemikiran. Ia menerima berbagai penghargaan dari berbagai negara. Namanya berada dalam daftar pendek nominasi Nobel untuk Kesusasteraan sejak tahun 2003.
Adonis ini sebetulnya orang yang dikutuk oleh banyak ulama di Timur Tengah, buku-bukunya dilarang beredar di Saudi, oleh mufti besar Saudi yang sudah meninggal, Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz, yang dikenal dengan bin Baz, dia disebut sebagai hubal modern yaitu arca yang dihormati sekali pada masa jahiliyah. Karena memang
Adonis banyak sekali memuji para nabi-nabi palsu. Dia memuji mereka karena bagi dia, nabi-nabi palsu ini adalah sisa-sisa kekuatan jahiliyah kuno yang bertahan atas tabi’ Islam. Tetapi, anehnya Adonis ini menulis sebuah teks yang luar biasa tentang al-Qur’an–satu kitab suci yang dibawa oleh nabi asli, bukan nabi palsu. Adonis menulis sebuah teks tentang al-Qur’an dan tafsir al-Quran Judul yaitu al-Nashsh al-Qur’ani wa Afaq al-Kitabah, (Teks Al-Qur`an dan Horison Penulisan). (lebih…)

Read Full Post »